Alkisah ada dua orang kakak beradik yang tinggal berdampingan. Sudah lama mereka hidup rukun dan damai, namun entah mengapa kini mereka terjebak dalam pertengkaran serius. Mereka tidak saling bertegur sapa lagi.
(*) Suatu hari sang adik mengeruk bendungan dengan alat berat lalu mengalirkan airnya ke lahan pertanian miliknya sehingga menjadi sebuah sungai yang memisahkan tanah miliknya dan sang kakak.
Melihat hal itu sang kakak bertambah marah. Ia pun memanggil seorang tukang kayu, diceritakannya masalah yang tengah ia hadapi. "Aku tidak ingin melihat wajah adikku lagi, buatlah pagar yang tinggi agar aku tidak melihat rumahnya lagi."
Sang tukang kayu mulai bekerja tapi ternyata ia tidak membangun pagar tapi mulai membangun jembatan indah yang menghubungkan lagi lahan milik kedua kakak beradik itu. Melihat hal itu, si adik segera berlari menemui kakaknya. "Kakak, maafkan aku. Walaupun aku bersikap kasar padamu tapi Engkau justru membangun jembatan indah ini." Sapaan kasih sang adik pun membuat suasana di antara mereka mencair, mereka saling memaafkan dan kembali hidup rukun.
Sahabat, ada banyak hal di dunia ini yang bisa merenggangkan relasi kita dengan orang lain bahkan dengan saudara sendiri. Bila kita terus membangun tembok atau dengan kata lain tidak mau membangun toleransi, tidak mau saling memahami bahkan tidak mau memaafkan, kita tidak akan bisa hidup tenang dan damai.
Oleh sebab itu, daripada membangun tembok atau pagar yang tinggi mari kita bangun jembatan yaitu sikap mau memaafkan, mau bersikap lapang dada untuk menerima kelemahan orang lain dan berusaha menjadi pribadi yang lebih murah hati.
Hidup ini akan jauh terasa lebih indah bila kita mau hidup dalam kasih dengan sesama.